<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d17524621\x26blogName\x3dBANGUN+LALU+BERLARI\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://zulian.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://zulian.blogspot.com/\x26vt\x3d-1004229181865297918', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

Sunday, July 15, 2007

Many Thanks to Buma for Someone

Aku suka kamu dengan sehanggar rindu.
Meski peluh merindu adamu slalu tersimpan dalam saku.
Tak apa jauh.
Bukankah bulan dapat dilabuh?
Sayang,
Jangan buang ke laut rinduku.

Bagai ilalang.
Manismu menyergap diantara hamburan debudebu yang memburai.
Kukejar bayangmu yang melintas.
Zlap...!!!
Ilalangpun kutebas.
Kuraih.
Kuletakkan dalam hati saja.

Ingin aku melepas manismu yang terkunci di hatiku.
Tapi tak bisa.
Kuncinya hilang.
Kubiarkan saja begini.
Ikatan itupun tak bgitu kencang.
Suatu saat pasti hilang tersapu awan.

Di dirimu kutemukan maknsa tentang apa itu mencintai.
Walau rupa tak jua menyapa.
Yakinku kamu adalah cinta.
Berharap beroleh kebijaksanaan.
Sampai aku tiba di serambi hatimu.

Ada bulan muncul di semat hati.
Setengah meluruh setengah melepuh.
Ada remah tawa diantara sesak hati.
Ketika kulihat bulan di matamu.
Tapi adamu.
Selalu tersimpan di hati.

Mengikuti merah yang mengalir dalam darah.
Dan pahit pada sayatan di kulit.
Aku selalu menunggu senyum kirimanmu.
Meski hening di pipi tak lagi bening.
Dan jiwapun tertutup kabut.

Entah mengapa angin ini membawa lara.
Tanahku gemetar sebentar lagi langit menghitam.
Semua terdiam.
Hanya bayangmu melintas pada hati pada jiwa.
Sebentar lagi hujan sayang.

Pagi ini ketika nyawaku kembali.
Bulubulu beriluminasi indah.
Aku menjadi merak hijau.
Terbang melumuri padat tubuhmu dengan bulubulu.
Dan seperti biasa.
Aku hanya bisa masturbasi.

Dalam saku masih kutaruh rindu.
Dekat lipatan baju tengah jantungku.
Sengaja kutaruh disitu.
Agar kamu selalu tahu.
Degup itu selalu detakkan:
AKU SAYANG KAMU!

Mengalir tanpa hadangan dusta.
Biarlah hati yang bicara dengan tulus.
Meski cuma bisa sebuah kata:
AKU MENCINTAIMU.
Maka kejujuran adalah puisi yang terindah.

Aku terus melukismu.
Meski tau ini jalan penuh liku.
Dan kamu tetap memantul dalam rintik hujan dan cermin waktu.
Telah lama detik berlalu.
Kesetiaan adalah rahasia cintaku.

Aku akan selalu berkata.
Didengar ataupun tidak.
Aku akan tetap berkata.
Biarpun aku punya seribusatu kata untukmu.
Tapi hatiku cuma punya satu kata:
SAYANG
Itu kataku untukmu selalu.

Aku hanya pemimpi yang bermimpi memimpikan.
Bermimpi bisa melupakanmu.
Bermimpi bisa menghindar darimu.
Atau bermimpi suatu saat nanti kamu kembali dalam pelukku.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home